Wednesday 20 May 2015

BAHASA INDONESIA SEBAGAI IDENTITAS DAN JATI DIRI BANGSA

                    BAHASA INDONESIA SEBAGAI IDENTITAS DAN JATI DIRI BANGSA.
Oleh : Suhendri Wijaya


Bahasa merupakan cara setiap orang untuk berkomunikasi. Melalui cara ini setiap orang akan saling mengerti dan memahami satu sama lainnya. Dan juga dapat menunjukan suatu jati diri atau suatu identitas suatu bangsa. Karena bangsa memiliki bahasanya sendiri untuk berkomunikasi kepada sesamanya. Seperti Bangsa indonesia yang memiliki beragam suku, budaya, dan bahasa di mana bangsa indonesia memiliki beranekaragam bahas daerah seperti bahasa jawa, bahasa sunda, bahasa batak, bahasa betawi dan masih banyak lagi bahasa yang ada di negara indonesia.

Dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional yang sumber hukumnya adalah sumpah pemuda, 28 Oktober 1928, bahas indonesia memiliki fungsi sebagai lambang kebanggaan kebangsaan, identitas nasional, alat penyatuan berbagai suku bangsa dalam kesatuan kebangsaan, dan alat perhubungan antar daerah dan antar budaya. Begitu juga dalam kedudukan sebagai bahasa negara dengan dasar hukum nya adalah UUD 1945 Bab XV Pasal 36, bahasa indonesia memiliki fungsi sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar dalam dunia pendidikan, alat penghubung pada tingkat nasional untuk perancanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional.

Serta alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi, dengan mengetahui dua kedudukan penting beserta banyaknya fungsi yang dimiliki bahasa indonesia seperti itu, seharusnya bahasa indonesia di pelajari dengan baik oleh siswa dan masyarakat. Di samping itu, juga harus di dukung dengan kurikulum yang memungkinkan pembelajaran bahasa indonesia itu dilakukan secara sistemik, proposional, dan komprehensif. Dengan mempelajari itu, kita punya pandangan yang positif tentang bahasa indonesia. Di samping itu, kita juga lebih merasakan bahasa indonesia sebagai bahasa milik bangsa dan negaranya sendiri. Tak seperti yang terjadi sekarang ini, kita seperti menganggap bahasa indonesia tak penting, sehingga tak merasa wajib mempelajari dan menguasai bahasa bangsa nya sendiri dengan baik.

Di samping itu, belajar bahasa indonesia juga seharusnya memperhatikan psikolgis perkembangan anak. Artinya, perlu ada pengaturan tentang bahasa apa yang lebih dahulu harus diajarkan dan diketahui oleh masyarakat. Tentu tak bisa mengajarkan bahasa secara sembarangan, atau memberikan bahasa apa saja pada masyarakat dan siswa. Dalam hal ini, pentingnya pembentukan tingkat kepribadian dan pertumbuhan anak harus menjadi dasar penentuan bahasa apa yang harus diajarkan.

Usia dini merupakan masa yang amat penting untuk meberikan pendasaran bahasa apa yang seharus nya di berikan kepada anak. Berger, sosiolog kontemporer, menyebutkan masa usia dini adalah masa sosialisasi primer, yang akan paling mendasariningatan dan menentukan jati diri anak. Maka dari itu, bukan bahasa inggris yang seharusnya terlebih dahulu diajarkan pada masa usia dini, tapi bahasa ibu yakni daerah atau juga bahasa indonesia. Pembelajaran bahasa ini juga ada kaitannya dengan pembentukan jati diri anak bangsa. Oleh karena itu, agar jati diri ana terbentuk dengan baik, anak mesti diajari bahasa yang paling dekat dengan budayanya terlebih dahulu. Ini penting agar anak-anak yang lahir di bumi indonesia benar-benar akan tumbuh menjadi anak indoensia. Menjadi anak yang menghayati dan memahami bangsanya melalui bahasa bangsanya, karena dalam bahasa ini juga tercermin juga terkandung nilai-nilai ke indonesiaannya.

Perkembangan jaman cukup memberikan pengarug terhadap penggunaan bahasa di indonesia. Bahasa indonesia sebagai bahasa negara dan bahasa nasional (persatuan) suda sepantasnya di terapkan secara baik dan benar berdasarkan konteks dan kedudukannya, karena bahasa indonesi juga memiliki unggah-unggah seperti halnya bahasa jawa. Bedanya dalam bahasa indonesia tidak ada tingkatan-tingkatan yang mengahruskan penggunaan perubahan kata-kata tertentu. Dewasa ini, umunya anak-anak maupun remaja menggunakan bahasa indonesia tidak memenuhi aturan ejaan yang di sempurnakan, dengan cara menyerap kata-kata asing semaunya dendiri, mengkombinasikan kata-kata dari bahasa daerah dengan bahasa indonesia bahkan meciptakan kosakata sendiri atau sering juga di sebut dalam bahasa “gaul”.

Bahasa indonesia mengenal adanya ragam bahasa. Ragam bahasa standar dan bahasa keilmuan memiliki sifat kemantapan yang dinamis, yang berupa kaidah dan aturan yang tetap. Buku atau standar tidak dapat di ubah setiap saat. Adanya penyeragaman kaidah baku penyamaan ragam bahasa merupakan ciri bahasa baku yang ketiga setelah kecendikian. Kegunaan dari penyeragaman ini adalah untuk menyamakan presepsi atas suatu bahasa ke dalam bahasa indonesia. Gunsi dari bahasa baku menurut Anton M. Moeliono yaitu sebagai pemersatu, pemberi kekhasan, pembawa kewibawaan dan kerangka acuan.

Bahasa baku memperhubungkan semua penutur berbagai dialek bahasa, dengan adanya kata-kata yang di bakukan penutur memiliki pegangan ketika ingin mengungkapkan sesuatu dalam bahasa indonesia. Bahasa indonesia memiliki ke unggulan dengan bahasa daerah lainnya, jumlah penuturnya lebih banyak, bahasa indonesia di tetapkan sebagai bahasa negara sekaligus di gunakan sebagai bahasa nasional (persatuan) merupakan ciri khas yang di miliki bahasa indonesia. Bahasa indonesia akan mampu berdiri sebanding, berkedudukan sama (sejajar) dengan bahasa-bahasa lainnya di dunia, jika ketika sebagai bangsa in donesia mau menghormati, menghargai serta mampu menggunakannya dengan baik dan benar berdasarkan konteks dan ke dudukannay.

Jika bahasa sudah memiliki kebakuan atau standar, baik yang di tetapkan, secara resmi lewat surat keputusan pejabat pemerintahan atau maklumat maupun diterima berdasarkan kesepakatan umum hendaknya kita terapkan, untuk menunjukan bahwa memang keberadaan pengguna bahasa indonesia secara baik dan benar, betul-betul du junjung tinggi dan di hormati. Anjuran menggunakan bahasa yang baik dan benar artinya pemakaian ragam bahasa yang serasi dengan sasarannya di samping itu juga mengikuti kaidah-kaidah bahasa yang benar. Ungkapan bahasa tulisan, hendaknya perlu deperhatikan karena kadang orang menjadi salah pengertian dengan bahasa yang di ungkapkan secara tertulis. Penulisan tanda baca tertentu sangat mempengaruhi intonasi baca orang yang menerima pesan.
Kesalah teknis dalam mengungkapkan bahasa secara tertulis dapat berakibatkan merugikan diri sendiri maupun orang lain. Contoh bila kita hendak menulis pesan, ekspresi yang kita berikan dalam pesan itu biasa-biasa saja, tidak dengan nada marah dan sebagainya, tetapi dalam pesan tersebut kita sisipkan banyak sekali tanda seru, tetapi dalam pesan tersebut juga akan tetap biasa-biasa saja? Belum tentu, si penerima pesan bisa saja salah mengartikan maksud dari isi pesan tersebut dan menganggap bahwa kita sedang marah kepadanya. Hanya gara-gara tanda baca pada pesan yang dikirim secara tertulis itu. Jadi, jelaslah bahwa raut muka atau mimik wajah seseorang pun juga dapat di gambarkan dan di terjemahkan melalui bahasa dalam mengungkapkan bahasa secar tertulis, dapat mengakibatkan salah penerjema maksud pesan.

Ada pepatah mengatakan “ mulutmu harimaumu “. Segala sesuatu, tutur kata yang kita ucapkan sangat berpengaruh terhadap perasaan seseorang. Karena pada saat kita berbicara langsung juga mengolah perasaannya menjadi sebuah ekspresi. Memang mungkin secara tidak kita sadari, terkadang apa yang kita sadari, terkadang apa yang kita katakan pada orang lain, niatnya hanya bercanda, tetapi justru itu sangat menyakitkan bagi orang yang kita ajak bicara, apa yang kita katakan malah membuat orang tersebut tersinggung.

Bahasa mencerminkan karakter bangsa. Berdasarkan tesaurus bahasa indonesi (2006), menyebutkan bahwa karakter adalah ciri, karakteristik, keunikan, sosok, pribadi serta sifat. Jadi, karakter adalah suatu ciri yang mendasari atau menggambarkan kepribadian diri secara keseluruhan. Kita dapat menunjukan kebangsaan kita sendiri dengan cara menguatkan bahasa negar kita yaitu bahasa indonesia. Keunikan ragam budaya bahasa indonesia di antarnya adanya beratus-ratus bahasa yang tersebar di seluruh wilayah indonesia. Keanekaragaman tersebut dipersatukan oleh bahasa sebagai bahasa penghubung antar daerah dan antar budaya. Sifat saling mempengaruhi antara bahasa nusantar dan bahasa indonesia merupakan hal yang sangat wajar. Bahasa dapat berkembang karena adanya kontak dengan bahasa dan budaya lain sehingga perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan dapat terikuti. Satu hal yang di perlukan di jaga adalah dalam mengembangkan bahasa nasional ini kita harus bersifat terbuka tetapi di sisi lain kita juga harus waspada. Jangan sampai negara kita di cap oleh dunia buruk hanya karena mereka melihat dari segi bahasanya. Oleh karena itu, kita perlu bangga kita akan cendrung lebih menyayangi dan berusaha untuk bisa melestarikan serta dapat menciptakan suatu kesan yang baik ketika orang melihat kita berbahasa indonesia. Dengan adanya keterkaitan tersebut, orang mungkin ingin mempelajari bahasa kita yaitu bahasa indonesia dan siapa tahu buku-buku yang di tulis menggunakan bahasa indonesia akan diterjemahkan menggunakan bahasa mereka (bahasa asing).
Bahasa sebagai bagian dari budaya dapat dirujuk pada kenyataan bahwa sebagian besar perilaku manusia dilingkupi bahasa. Bahas sebagai indeks budaya dapat dilihat dari perannya sebagai bagian dari budaya. Bahasa menyingkap cara berpikir dan cara mengorganisasi pengalaman dalam sebuah budaya. Sedangkan bahasa sebagai simbol kebudayaan dapat dinikmati melalui kenyataan bahwa bahasa merupakan sistem simbol yang paling lengkap. Oleh sebab itu bahasa tertentu sekaligus menjadi etnokultur.

Bahasa sebagai jati diri budaya mustahil dapat dipisahkan dari budaya. Oleh karena itu performa seseorang dan sebuah masyarakat atau suatu bangsa sejatinya menunjukan hakikat budayanya. Begitu juga sebaliknya, budaya suatu bangsa akan merefleksi dalam perilaku lahirnya manusia dan masyarakat dalam suatu bangsa menjadi cermin budayanya. Mengacu kepada maraknya penggunaan bahasa asing secara liar yang nyaris memusnahkan bahas indonesi yang telah menjadi jati diri budaya kita, maka dapat dikatakan jati diri budaya bangsa indonesia kini berada dalam situasi krisis.
Apa yang dialami bangsa indonesia dalam kaitan nasib bahasanya merupakan akibat langsung dari serangan pemikiran, sebuah gerakan yang mendesak bahasa negeri-negeri yang di serbu dengan bahasa kaum penyerbu. Mereka dengan penuh ambisi dan keserakahan terus ambisi dang memerangi bahasa kita agar terus menerus berada dalam kelumpuhan total.Peran bahasa indonesia sebagai cermin pembentukan karakter bangsa adalah di mana bahasa indonesia digunakan sesuai konteks dan kedudukannya, secara baik dan benar keberadaan nya sangat di hormati dan di junjung tinggi oleh bangsanya.

Berdasarkan harapan penulis, semoga tulisan ini bisa menjadi cambuk bagi kita, bangsa indonesia untuk lebih menghormati bahasa indonesia dan menggunakannya dengan baik dan benar supaya jati diri bahasa bangsa indonesia tidak hilang karena bahasa asing.

2 comments:

Unknown said...

asik banget deh

Hilwa said...

Sangat bermanfaat, terimaksih ;)

Post a Comment

 
;